Friday, June 4, 2010

Makan Belalang


Pok ame-ame
Belalang kupu-kupu
Siang makan nasi
Kalau malam minum susu

Kutipan lagu diatas mengingatkan kita pada masa kecil yang penuh tawa dan canda. Namun yang ingin saya bahas kali ini bukan tentang lagunya tapi dari salah satu kata yang menjadi kesatuan dalam lagu itu di baris kedua. Ada belalang kupu-kupu disitu. Yup..saya memilih belalang untuk santapan makan siang kemarin.

Terus terang, kemarin adalah edisi perdana saya makan belalang. Sejak tinggal di Gunung Kidul, saya baru mengerti kenapa masyarakat disini terbiasa makan ulat dan belalang. Awalnya saya kaget dan tidak tertarik sedikitpun untuk mencoba mencicipinya. Lihat binatangnya saja sudah geli, apalagi memakannya.

Tapi banyak orang bilang disini, serasa belum lengkap sebagai warga Gunung Kidul bila belum mencoba makan belalang. Ya sudah, karena waktu itu saya lagi bertamu dan dijamu makan dengan lauk belalang goreng di penduduk setempat, maka sebagai rasa penghormatan saya kepada tuan rumah, saya mencicipi satu ekor belalang goreng.

Hm..kesan pertama kriuk-kriuk garing gimana gitu, pertama saya makan bagian tangan dan kakinya yang garing. Setelah itu bagian tubuhnya yang garing di luar karena kulitnya dan bagian empuk di dalam seperti apa ya..gurih-gurih gitu deh..mirip-mirip rasa udang.

Konon katanya, yang gurih itu yang mengandung banyak protein. Saya cukup makan satu ekor saja, belum berminat untuk nambah, masih adaptasi dulu. Mungkin kalau sudah terbiasa lama-lama satu kilo bisa saya habiskan hehe…

Belalang yang termasuk hewan Insecta dari Ordo Orthoptera Famili Acrididae ini mudah sekali dijumpai di pasar tradisional dan kadang banyak dijual di tepi-tepi jalan di Gunung Kidul. Harganya lumayan mahal, satu renteng kurang lebih isi 50 ekor dijual seharga dua puluh ribu rupiah. Bisa jadi, mahalnya harga belalang ini disebabkan karena semakin banyaknya permintaan pasar, tingkat kesulitan menangkapnya dan rasa belalang yang bisa dikategorikan sebagai makanan pengganti udang.

Petani sudah tidak khawatir lagi bila sawahnya banyak belalang yang dapat dikatakan sebagai hama pengganggu tanaman karena sekarang nilai jual belalang sudah lumayan tinggi. Tapi kalau sering dikonsumsi, dikhawatirkan di masa depan belalang menjadi serangga yang tergolong langka. Kira-kira berapa tahun lagi ya bisa punah ? Sedih juga kalau sampai punah..

O,ya ada info lagi, karena selain belalang, di Gunung Kidul juga terbiasa makan ulat dari pohon Jati. Waduh..kalau yang ini, terus terang saya belum berani untuk mencoba. Walaupun banyak orang bilang ulat mengandung banyak protein, entar dulu deh..nanti kalau saya sudah berani makan, saya kabari ya…hehe..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...