Sunday, July 4, 2010

Hobby Masa Kecil


Masa kecil adalah masa yang paling indah bagi saya. Masa dimana kebebasan menjadi irama hidup saya. Bersama teman-teman, saya bebas berlarian di pematang sawah, bebas mencari keong tutup di sawah, bebas ikut kakak laki-laki saya bermain layangan atau kelereng, bebas ikut memancing di kali, bebas bermain petak umpet, bebas bermain jamuran, bermain congklak, bermain yeye, bermain bola bekel, bermain bola kasti..wuah..banyak sekali kebebasan yang saya miliki.

Desa dimana saya tinggal dulu begitu ramah menyambut kami yang masih kanak-kanak. Kebersamaan begitu kental terasa. Tak ada si kaya atau si miskin, tak ada si cantik atau si jelek, semuanya lebur dalam permainan tradisional untuk meraih kebahagiaan bersama.

Mungkin hanya duduk-duduk bersama di teras saat bulan purnama, atau berlarian bersama saat hujan mengguyur dengan deras, atau berenang bersama di sungai, bahkan saling bekerja sama mencuri batang tebu saat mandor tidak ada..( kalau yang ini termasuk bentuk kejahatan bersama..jangan ditiru ! )

Semua mengalir begitu saja tanpa beban, yang ada hanya tawa dan canda, yang ada hanya gembira dan ceria. Murah meriah tanpa biaya. Alam menjadi sahabat terindah. Masih ada lapangan nan luas saat ingin sekedar bermain bola, ada pohon yang bisa dipanjat saat ingin bersantai diatas pohon, ada ikan yang bisa dipancing di sungai yang masih jernih, ada dan semuanya masih ada tanpa dipungut bayaran untuk menggunakannya.

Tapi sekarang ?

Kemana lapangan sepak bola itu ? Oh..sudah berubah menjadi perumahan elite sekarang.

Kemana pohon-pohon nan rindang itu ? Oh..sudah banyak yang ditebang dan menjadi ruas-ruas jalan.

Lalu kemana ikan-ikan di sungai itu ? Oh..sudah banyak yang mati karena sungainya sudah menjadi tempat pembuangan limbah dan sampah..

Menyedihkan. Ya..semuanya sangat menyedihkan. Alam begitu mudahnya diperkosa untuk kenikmatan semata. Tak ada lagi lahan untuk sekedar bernostalgia seperti dahulu kala, untuk sekedar mengingat kemakmuran yang pernah ada. Semuanya telah dirampas dan menjadi sia-sia.

Dan, kita tinggal menerima akibatnya. Banjir yang tak pernah kita minta, datang tiba-tiba. Gempa yang tiada pernah kita duga, datang tiba-tiba saat kita terlena, longsor, badai, apalagi ? Bukankah semuanya itu pantas kita terima akibat perlakuan kejam kita pada alam ? Pada bumi yang semakin tua, yang tak sanggup lagi mengatur jadwal musim dan cuaca ?

Bagaimana nasib anak-anak dan cucu kita nanti ? Cukupkah mereka bermain dalam kotak kaca dengan sekedar menekan-nekan tombol saja yang bisa dimainkan sendiri tanpa bersama teman ? Puaskah kita hanya menjejali mereka dengan cerita-cerita masa kecil kita yang indah tanpa pernah mereka bisa merasakannya ? Atau tegakah kita jika mereka yang menjadi korban dari semua bencana yang kita timbulkan ? Ah..betapa kejamnya kita…
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...