Monday, May 24, 2010

Punya Hutang ! Why Not ?

Tak terbayangkan sebelumnya, kehidupan saya sekarang adalah kehidupan yang dililit dengan hutang. Jumlah hutangnya pun tak tanggung-tanggung sampai mencapai digit sembilan. Aih..ngeri amat, ya..padahal jaman dulu, punya hutang sepuluh ribu rupiah kepada teman saja, rasanya sudah khawatir dan resah gelisah tak menentu, ingin cepat-cepat segera melunasinya.
Hm..gimana kronologisnya tuh bisa sampai punya hutang begitu banyak ? Begini ceritanya…

Sejak nekad berkecimpung sebagai entrepreneur, tentunya banyak aspek yang harus saya pelajari. Banyak hal yang ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan sebelumnya. Saat jadi karyawan dulu, keinginan untuk buka usaha sendiri rasanya sangat menggebu-gebu dan senantiasa mendorong saya untuk cepat-cepat menanggalkan status saya sebagai karyawan. Melalui pembelajaran tentang wirausaha secara otodidak dan menggali cara hidup para usahawan sukses, saya dan suami akhirnya resign dari pekerjaan tetap kami yang dibilang sudah lumayan mapan itu.

Gila, nekad amat, apa kami punya uang banyak yang cukup untuk modal membuka usaha ban dan onderdil mobil itu ? Jawabannya adalah tidak. Kami hanya punya tabungan dua puluh juta rupiah, sedangkan untuk membuka suatu usaha yang kami geluti sekarang ini minimal harus ada dana dua ratus juta, itupun baru termasuk usaha yang masih dalam skala kecil, belum bisa lengkap. Tapi ternyata, ada jalan untuk semua itu..

Pada awal perjalanan sebagai entrepreneur, kami disupport oleh Om kami yang telah berhasil membuka usaha toko besi dari mulai kecil sampai besar seperti sekarang. Perjalanan usaha selama 16 tahun telah membuahkan sepuluh armada truck, 25 karyawan, toko yang diperbesar , rumah pribadi dan kendaraan pribadi yang amat memadai. Apa rahasianya ? Jawabannya adalah berani hutang !

Ya, hutang kepada bank dengan jaminan sertifikat rumah atau tanah adalah jawabannya. Menjadi seorang entrepreneur jangan pernah takut pada kegagalan. Terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian. Om kami ini ternyata berbakat juga menjadi seorang motivator handal yang kalau saya perhatikan nggak kalah jauh dengan motivator terkenal Indonesia Mr. Mario Teguh. Dari pengalaman jatuh bangun beliau selama merintis usaha inilah, kami belajar. Pengalaman tertipu, ditolak bank, mengalami kerugian, dihimpit oleh kompetitor dan beragam pengalaman pahit telah dikecap oleh Om kami. Dan sekarang ternyata tinggal manis yang bisa dipetik sebagai hasil.

Kembali ke soal hutang, hutang yang kami jalani tentu saja bukan hutang sembarang hutang. Tentunya ada perhitungan yang tepat untuk itu. Melalui evaluasi omset dari usaha kami selama beberapa bulan, maka bisa diperkirakan berapa perputaran uang yang terjadi selama ini. Ada pembagian yang jelas berapa rupiah untuk mencicil hutang, berapa rupiah untuk kulakan lagi, berapa rupiah untuk operasional kerja dan berapa rupiah untuk hal-hal lain yang tidak terduga. Sudah barang tentu semua ini dijalankan dengan pengaturan keuangan yang ketat.

Cita-cita untuk bisa berhasil membuat kami harus rela menurunkan standart hidup selama ini. Lha, iya..demi kemajuan usaha yang dirintis kami harus mampu untuk makan seadanya, sisa setelah membayar hutang dan operasional setiap bulannya. Bahkan kalau harus puasa pun, kami harus ikhlas menjalani.

Ketepatan membayar hutang kepada bank harus diprioritaskan. Karena jika sekali saja kami tidak bisa membayar cicilan maka nama kami akan masuk ke dalam daftar black list yang akan sampai ke Bank Indonesia. Yang artinya, setelah kami di-black-list, otomatis kami tidak bisa akses ke bank manapun untuk pinjam uang. Ngeri kan ? Nah, karena itu disiplin dalam mengatur uang menjadi prioritas utama yang tidak bisa diganggu gugat.

Selain itu, dalam perjalanan usaha kami, ternyata istilah Jawa “tuna sathak bathi sanak” cukup berlaku. Yang artinya, rugi sedikit asal untung dapat saudara. Lha iya, relasi itu sangat perlu dalam dunia bisnis. Keuntungan bukan semata untuk dikejar, tetapi relasi yang baik, pelanggan yang loyal lebih penting dari sekedar untung yang banyak. Logikanya begini, lebih baik untung sedikit tapi frekuensinya banyak daripada untung besar tapi jarang-jarang ada pembeli. Mendingan sering laku walau untung sedikit karena perputaran uangnya lebih cepat, bisa kulakan lagi, dan kemungkinan untuk bisa berkembang lebih cepat. Istilahnya tidak ada barang yang diam, sehingga hutang bisa dibayar dan bisa hutang lagi untuk perluasan usaha hehe..

Ngomong-ngomong soal menjalin relasi, ini yang perlu diperhatikan. Service, kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama dalam sebuah usaha. Gimana bisa mencapai sasaran jika kebutuhan pelanggan tidak terpenuhi dengan baik. Karena itu segala keluhan, kritik dan saran pelanggan menjadi masukan yang sangat berarti untuk sebuah usaha. Jangan heran, pelanggan yang puas akan menjadi media promosi tanpa kita minta. Lah iya, karena kepuasannya dia akan cerita kepada saudara-saudaranya, teman-temannya, kenalannya tentang tempat usaha kita. Nggak nyangka kan, tiba-tiba toko kita jadi banyak langganan dari langganan kita ?

Demikian juga sebaliknya jika pelanggan mendapat service yang tidak memuaskan, maka dengan cepat pula peristiwa ini menjadi berita yang dikonsumsi banyak orang dari mulut ke mulut. Wow..dahsyat, ya ? Karena itu, utamakan kualitas dan pelayanan.

Terus, dengan punya hutang, ada kekuatan tersembunyi yang mendorong kita mencari cara yang benar untuk bisa melunasinya. Semangat untuk bisa memasarkan usaha dengan baik, semangat untuk berjualan dengan sehat, semangat untuk melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif, semangat untuk tampil beda. Ini dia, dengan beda, usaha kita punya ciri khas yang mudah diingat oleh pelanggan yang membuat dia ingin kembali dan kembali lagi ke toko kita. Ada sesuatu yang membuat ketagihan, entah karena harganya yang murah, layanan yang ramah, adanya bonus atau potongan harga, kenyamanan dalam berbelanja karena aura positif yang terpancar dan hal-hal lain yang menjadi nilai plus di mata pelanggan.

Wah..seperti saya ini paling ahli saja di dunia usaha, ya..? Bukan, saya bukan ahlinya. Punya usaha juga baru seumur jagung, sukses juga belum diraih. Tapi saya optimis dan siap berkembang. Saya punya mimpi dan akan segera merealisasikan mimpi itu. Saya harus berani menghadapi segala tantangan yang ada. Karena itu saya ingin berbagi pengalaman ini dengan Anda semua yang berbahagia.

Hutang, jika dijalankan untuk sesuatu yang baik dan benar akan menjadi berkah bagi sesama. Tentunya dengan konsekuensi untuk bisa membayar, bukan untuk menghindar dari penagih hutang.

Salam, semoga bermanfaat.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...